Penjelasan: Iman Kepada Allah
Mungkin ada situs lain selain situs Pakdosencoid yang juga mengulas tentang Iman Kepada Allah, akan tetapi berhubung Anda sudah terlanjur berada disini, maka ada baiknya jika Anda melanjutkan membaca artikel ini hingga selesai, sebab ada pepatah yang bilang; "sambil menyelam minum bir" eh air. Jadi selain mendapatkan wawasan baru Anda bisa memperoleh hal lain juga hehehe. Oke, tidak usah ngelantur sana-sini lagi, yuk langsung saja disimak penjelasannya dibawah ini.
Pembahasan Lengkap Iman Kepada Allah
Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Iman Kepada Allah? Mungkin anda pernah mendengar kata Iman Kepada Allah? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, dalil, hikmah, rukun, tingkatan, ciri, sifat dan contoh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian Iman Kepada Allah
Berdasarkan bahasa, iman bersumber dari bahsa Arab yang artinya percaya. Sementara berdasarkan kata, Iman artinya memperbaiki dengan hati, mengatakan dengan ucapan dan difitrahkan dengan perbuatan. Jadi, Iman Kepada Allah ialah memercayai dalam hati, mengatakan dengan ucapan dan difaktakan dengan fitrah perbuatan bahwa Allah ada dengan semua sifat kemulian dan kesempuraannya.
Dalil Naqli Iman Kepada Allah
Menutur dari dalil naqli yang melandasi iman kepada Allah SWT. diperoleh dalm Q.S. Al-Baqarah:163. Berikut bunyi nya, dibawah ini:
Hikmah Beriman Kepada Allah
Berikut ini terdapat beberapa hikmah beriman kepada Allah SWT, yakni sebagai berikut:
-
Menambah Kepercayaan
Kita mengerti bahwa Allah SWT yang menciptakan semua objek dan mencipta kita yang masih hidup hingga sekarang. Jadi kita patut bertambah percaya dan bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi kita karunianya.
-
Menambah Ketaatan
Dengan beriman kepada Allah bisa membuat pola untuk taat melaksanakan perintah Allah SWT dan menghindari larangan-Nya sehingga hati kita tentu selalu ingat kepada Allah SWT.
-
Menentramkan Hati
Dalam Q.S Ar-Ra’ad:28, diuraikan bahwa orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah SWT.
-
Bisa Menyelamatkan di Dunia dan Akhirat
Dalam Q.S Al-Mu’minun:44, Kemudian, Kami utus rasul-rasul Kami berturut-turut. Setiap kali seorang rasul datang kepada suatu umat, mereka mendustakannya, maka Kami silih gantikan sebagian mereka dengan sebagian yang lain (dalam kebinasaan). Dan Kami jadikan mereka bahan cerita (bagi manusia). Maka binasalah bagi kaum yang tidak beriman.
-
Menghadirkan Keuntungan dan Kebahagiaan Hidup
Manusia yang beriman kepada Allah SWT., hati mereka menjadi damai, hidup niscaya akan lebih bahagia dan persoalan menjadi lebih ringan dituntaskan karena Allah SWT akan menolongnya.
Rukun Iman Kepada Allah
Berikut ini adalah beberapa rukun iman kepada Allah yaitu
- Iman kepada Allah.
- Iman kepada Malaikat-malaikat Allah.
- Iman kepada Kitab-kitab Allah.
- Iman kepada Rasul-rasul Allah.
- Iman kepada hari kiamat.
- Iman kepada qada dan qadar.
Tingkatan Mengimani Allah
Tingkatan mengimani Allah (tauhid) yaitu ada lima tingkatan, yaitu :
1. Taqlit
Taqlit secara umum adalah mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber atau alasannya. Namun untuk kasus Iman Kepada Allah ialah taqlit atau mengikuti orang tua, karena saat kita masih belum bisa menemukan dasar atau ilmu dalam Iman Kepada Allah alangkah lebih baiknya jika kita mengikuti orang tua kita yang sudah paham soal Iman Kepada Allah, dan itu sebagai cara agar kita juga bisa belajar tentang Ilmu Agama lainnya yang diajarkan oleh Nabi Muhammad.
2. Ilmu yang dimiliki
Ilmu yang kita miliki berguna untuk menemukan bukti yang dapat meyakinkan kita tentang iman kepada Allah, tentang keberadaan Allah contohnya, dan semua yang dapat meyakinkan kita tentang iman kepada Allah. Namun ada satu lagi bukti tentang ilmu yang kita miliki dan yang Allah miliki, yaitu sepintar apapun kita, sejenius apapun kita pasti ada sebagian hal yang tidak kita ketahui, namun berbeda dengan Allah, seperti dalam firman-Nya
وَاللهُ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمَوَتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ وَاللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
3. Selalu diawasi oleh Allah
Bila kita tidak bisa menerapkan keyakinan bahwa Allah sedang melihat kita, maka kita akan menjadi hamba yang lupa akan pengawasan Allah, karena kita mengira bahwa Allah tidak mengetahui apa yang kita kerjakan.Seperti saat kita sedang berbohong atau berdusta, itu kita lakuakan karena kita tidak memiliki keyakinan bahwa Allah sedang melihat apa yang kita lakukan, dan pada umumnya, orang yang telah melakuakan kebohongan maka ada kecenderungan untuk melakukannya lagi, lagi, dan lagi.
Mungkin bagi yang melakukan kebohongan atau dusta, baik itu yang kecil atau besar, lupa bahwa Allah sedang mengawasi kita, seperti yang tertulis dalam firman-Nya.
وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُوْنَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيْرًا مِمَّ تَعْمَلُوْنَ
“Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, pengelihatan dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fushshilat : 22)
Allah menciptakan telinga, mata, dan kulit bertujuan agar menjadi saksi atas apa saja yang kita kerjakan selama di dunia, seperti dalam Al-Qur’an yang berbunyi.
حَتَّى اِذَا مَا جَاءُوْهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَاَبْصَارُهُمْ وَجُلُوْدُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, pengelihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan.” (QS. Fushshilat : 20)
Jadi, bila ada dari kita yang kadang masih suka berbohong atau berdusta, baik dalam hal kecil maupun besar, baiknya segeralah bertaubat, dan mulai mengamalkan bahwa segala tingkah laku kita diawasi oleh Allah, sehingga segala yang kita kerjakan haruslah berisi dengan kebaikan bukan dengan keburukan yang dapat membuat kita mendapatkan dosa.
4. Melihat Allah dengan mata hati
Manusia dapat melihat benda disekitar dengan ke-dua mata seperti biasanya, namun saat kita ingin melihat Allah, kita melihat dengan ke-dua mata maka kita tidak akan melihat Allah, namun Allah hanya bisa dilihat dengan mata hati sebagai mana Allah berkata dalam firman-nya:
لَاتُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْاَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ (الأنعام:103)
Artinya : Dia tidak dapat dicapai dengan pengelihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala pengelihatan itu dan Dialah Yang Mahahalus, Mahateliti.
Kita hanya bisa melihat Allah dengan mata hati apabila kita sudah merasa diawasi oleh Allah, namun apabila kita tidak merasa diawasi Allah kita pasti kesulitan untuk melihat Allah dengan mata hati kita. Dan saat kita tidak dapat melihat Allah dengan mata hati maka kita bisa saja menjadi tersesat dan keluar dari tuntunan Allah. Sebagaimana firman Allah :
وَمَنْ كَانَ فِي هذِه اَعْمى فَهُوَفِى الْاخِرَةِ اَعْمى وَاَضَلُّ سَبِيْلًا(الاسراء:72)
Artinya : Dan barang siapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar).
Untuk dapat melihat Allah hati kita haruslah dalam keadaan bersih, jika hati kita tidak dalam keadaan bersih akan membuat setan mudah menyesatkan kita.
5. Semuanya hanya untuk Allah (Zuhud)
Secara harfiah al-zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniawian. Sedangkan menurut Harun Nasution zuhud artinya keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian.
Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan dunia. Orang yang zuhud lebih mengutamakan atau mengejar kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal dan abadi, daripada mengejar kehidupan dunia yang fana sepintas lalu. Hal ini dapat dipahami dari isyarat ayat yang berbunyi.
تُظْلَمُونَفَتِيلًاوَلَااتَّقَىٰلِمَنِخَيْرٌوَالْآخِرَةُقَلِيلٌالدُّنْيَامَتَاعُقُلْ
Artinya: “Katakanlah kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun” (Q.S. An-Nisa [4]: 77).
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Artinya: “Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (Q.S. Al-A’la [87]: 17).
Dari ayat di atas memberi petunjuk bahwa kehidupan dunia yang sekejap ini dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi, sungguh tidak sebanding. Kehidupan akhirat lebih baik dari kehidpan dunia.
Orang yang berpandangan demikian tidak akan mau mengorbankan kebahagiaan hidupnya di akhirat hanya karena mengejar duniawi yang sementara. Orang yang demikian akhirnya akan terpelihara dari melakukan hal-hal yang negatif. Ia selalu berbuat yang baik-baik saja. Hal ini sejalnya dengan hadis Nabi yang menyatakan.
“Jika kamu melihat seseorang yang dianugerahi sifat zuhud dalam dirinya dan selalu lurus sikapnya, maka dekatkanlah orang itu, karena orang itu yang telah meyakini hikmah.”
Ciri-ciri Orang yang Beriman kepada Allah
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri iman beriman kepada Allah yaitu:
- Apabila disebut nama Allah akan bergetar hatinya.
- Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka bertambahlah iman mereka.
- Mereka yang benar-benar mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian hartanya di jalan Allah.
- Hanya kepada Allahlah mereka bertawakal atau berserah diri.
Sifat-Sifat Allah
Sifat adalah kualitas yang melekat pada dzat. Sifat tidak memiliki arti tanpa adanya dzat. Sifat Allah yang terkandung dalam asma-Nya sebagaimana tercantum dalam Al-Quran, secara keseluruhan menggambarkan kesempurnaan mutlak bagi Allah dan tidak ada satu pun yang menyamai-Nya. karena itu, selain Allah, tidak ada yang boleh di lekati sifat-sifat ke-Tuhanan. Adapun sifat Allah diklasifikasikan menjadi tiga, yakni sifat Wajib, sifat Mustahil, dan sifat Jaiz bagi Allah.
-
Sifat Wajib Allah swt
Adalah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah swt. Yang sesuai dengan keagunganya sebagai pencipta alam seisinya. Dalam ilmu aqa’id, disebutkan bahwa sifat wajib Allah swt ada tiga belas yaitu:
- Wujud (ada)
- Qidam (terdahulu)
- Baqa’ (kekal)
- Mukhalafatu lil Hawadisi (Berbeda dengan ciptaan-nya)
- Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya)
- Wahdaniyah (Maha Esa)
- Qudrah (Mahakuasa)
- Iradah (Berkehendak)
- ‘Alim (Maha Mengetahui)
- Hayat (Hidup)
- Sama’(Maha Mendengar)
- Basar (Maha Melihat)
- Kalam (Berfirman)
Ada sebagian ulama yang menambahkan dengan tujuh sifat allah swt, sehingga menjadi dua puluh,yaitu:
- Qadiran (Maha Kuasa)
- Muridan (Maha Berkehendak)
- ‘Aliman (Maha Mengetahui)
- Hayyan (Maha Hidup)
- Sami’an (Maha Mendengar)
- Basiran (Maha Melihat)
- Mutakalliman (Maha Berbicara)
-
Sifat Mustahil Allah swt
Yaitu sifat-sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki allah swt. Dalam ilmu tauhid dinyatakan bahwasifat Mustahil Allah swt ada tiga belas, yaitu:
- ‘adam, tidak ada
- Hudus, permulaan
- Fana’, rusak
- Mumasalatu lil-hawadisi, menyerupai makhluk
- Qiyamuhu bigairihi, membutuhkan sesuatu selain dirinya
- Ta’adud, lebih dari satu
- A’jzun, lemah
- Karahah, terpaksa
- Jahlun, bodoh
- Mautun, mati
- Summun, tuli
- ‘umyun, buta
- Bukmun, bisu
-
Sifat Jaiz Allah swt
Berarti sifat kebebasan Allah swt, yakni kebebasan yang dimilikinya sebagai tuhan semesta alam untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendaknya yang mutlak.
Contoh Cara Beriman Kepada Allah
Berikut ini terdapat beberapa contoh cara beriman kepada Allah SWT., yakni sebagai berikut:
- Melaksanakan Sholat
- Pendapatan sebagian rezeki
- Beriman Kepada Allah SWT
- Pendapatan sebagian hartanya baik ketika waktu lapang ataupun sempit
- Selalu berbuat kearifan
- Mampu mencegah emosi
- Mampu memaafkan kekhilafan orang lain
- Menjalankan perintah Allah SWT
- Berhenti dari kelakuam hina dan tidak mendatangi lagi
- Meyakini dengan benar rukum iman
Demikian Penjelasan Materi Tentang Iman Kepada Allah: Pengertian, Dalil, Hikmah, Rukun, Tingkatan, Ciri, Sifat dan Contoh Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.
The post Iman Kepada Allah first appeared on PAKDOSEN.CO.ID.
ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Comments
Post a Comment