Penjelasan: Interaksi Edukatif

Interaksi Edukatif - Apakah Anda adalah salah satu orang yang sedang mencari informasi mengenai Interaksi Edukatif? Atau hanya iseng-iseng saja membuka internet lalu tanpa sengaja menemukan situs PakDosen ini? Terlepas mana saja yang Anda pilih, yang jelas PakDosen ucapkan selamat datang untuk teman-teman semuanya.

Mungkin ada situs lain selain situs Pakdosencoid yang juga mengulas tentang Interaksi Edukatif, akan tetapi berhubung Anda sudah terlanjur berada disini, maka ada baiknya jika Anda melanjutkan membaca artikel ini hingga selesai, sebab ada pepatah yang bilang; "sambil menyelam minum bir" eh air. Jadi selain mendapatkan wawasan baru Anda bisa memperoleh hal lain juga hehehe. Oke, tidak usah ngelantur sana-sini lagi, yuk langsung saja disimak penjelasannya dibawah ini.

Pembahasan Lengkap Interaksi Edukatif

Selamat datang di Pakdosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Interaksi Edukatif? Mungkin anda pernah mendengar kata Interaksi Edukatif? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, ciri, komponen, prinsip, tahap, model dan keberhasilan. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.

Interaksi Edukatif

Pengertian Interaksi Edukatif

Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar). Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupannya. Kalau dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam suatu kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang didesain untuk suatu tujuan tertentu. Demikian juga tentunya hubungan antara guru dan siswa, anak buah dengan pimpinannya, antara buruh dengan pimpinannya serta lain-lain.


Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen, komponen-komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar tidak dapat dipisah-pisahkan. Dan perlu ditegaskan bahwa proses teknis ini juga tidak dapat dilepaskan dari segi normatifnya, segi normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar. Interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar mengajar itu, memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan bentuk interaksi yang lain. Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa didalam kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan.


Ciri-ciri Interaksi Edukatif

Ciri-ciri Interaksi Edukatif

Ciri-ciri interaksi edukatif adalah sebagai berikut:

  1. Ada tujuan yang ingin dicapai
  2. Ada bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi
  3. Ada pelajar yang aktif mengalami
  4. Ada guru yang melaksanakan
  5. Ada metode untuk mencapai tujuan
  6. Ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar dengan baik
  7. Ada penilaian terhadaap hasil interaksi

Untuk memahami pengetahuan tentang interaksi edukatif atau dalam kegiatan pengajaran secara khusus dikenal dengan “interaksi Belajar-Mengajar” yang titik penekanannya pada unsur motivasi, maka terlebih dulu perlu dipahami hal-hal yang mendasarinya. Sekurang-kurangnya harus memahami kapan suatu interaksi itu dikatakan sebagai interaksi edukatif, termasuk pemahaman terhadap konsep belajar dan mengajar. Setelah itu perlu dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai dasar motivasi dengan segala jenisnya serta apa pula yang dimaksud dengan motivasi dan kegiatan dalam belajar. Dan persoalan dasar yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembicaraan interaksi belajar-mengajar ini, adalah pemahaman terhadap siapa guru yang dikatakan sebagai tenaga profesional kependidikan itu dan siapa pula siswa yang dikatakan sebagai subjek belajar itu. Bagi guru yang memahami akan keprofesiannya dan mengerti tentang diri anak didiknya, maka dapat melakukan kegiatan interaksi dan motivasi secara mantap. Kemudian operasionalisasinya, guru harus juga memahami dan melaksanakan pengelolaan interaksi belajar-mengajar.


Komponen-komponen Interaksi Edukatif

Dalam proses belajar- mengajar sebagai suatu sistem interaksi, maka kita akan dihadapkan kepada sejumlah komponen-komponen. Tanpa adanya komponen-komponen tersebut sebenarnya tidak akan terjadi proses interaksi edukatif antara guru dengan anak didik. Berikut adalah komponen-komponen tersebut :

  • Tujuan

Tujuan merupakan hal yang pertama kali harus dirumuskan dalam kegiatan interaksi edukatif. Sebab, tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan pembelajaran dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan guru dapat menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang harus ditinggalkan.


  • Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif, sebab tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan, dalam pemilihan pelajaran harus disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan menerima pelajaran. Selain itu bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan baik.


  • Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan maka guru menggunakan metode yang bervariasi. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih metode mengajar sebagai berikut (Djamarah, 1996:184):

  • Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya.
  • Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya.
  • Situasi dengan berbagai keadaannya.
  • Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.
  • Pribadi guru dan kemampuan profesinya yang berbeda-beda.

  • Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Alat nonmaterial dan ala material biasanya dipergunakan dalam kekuatan interaksi edukatif. Alat non material berupa suruhan, perintah, larangan, dan nasehat.Alat material berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan dan video.


  • Sumber

Sumber belajar dapat diperoleh di sekolah, di halaman, dipusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan sumber pengajaran tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, dan kebijakan-kebijakan lainnya.


  • Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat instrument penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.


Prinsip-prinsip Interaksi Edukatif

Dalam rangka menjangkau dan memenuhi sebagian besar kebutuhan anak didik, dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi edukatif , dengan harapan mampu menjembatani dan memecahkan masalah yang sedang guru hadapai dalam kegiatan interaksi edukatif. Prinsip tersebut harus dikuasai oleh guru agar dapat tercapai tujuan pengajaran. Prinsip – prinsip tersebut adalah :

1. Prinsip Motivasi

Agar setiap anak dapat memiliki motivasi dalam belajar. Apabila anak didik telah memiliki motivasi dalam dirinya disebut motivasi intrinsik, sangat memudahkan guru memberikan pelajaran , namun apabila anak tersebut tidak meilikinya, guru akan memberikan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yangbersumber dari luar diri anak didik tersebut dan dapat berbentuk ganjaran, pujian , hadiah dan sebaginya.


2. Prinsip Berangkat dari Persepsi yang Dimiliki

Bila ingin bahan pelajaran mudah dikuasai oleh sebagian atau seluruh anak, guru harus memperhatikan bahan apersepsi yang dibawa anak didik dari lingkungan kehidupan mereka. Penjelasan yang diberikan mengaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan anak didik akan memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengalaman yang baru dan bahkan membuat anak didik memusatkan perhatiannya.


3. Prinsip Mengarah kepada Titik Pusat Perhatian Tertentu atau Fokus Tertentu

Pelajaran yang direncanakan dalam suatu pola tertentu akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran. Tanpa suatu pola, pelajaran dapat terpecah-pecah dan para anak didik akan sulit memusatkan perhatian . Titik pusat akan tercipta melalui upaya sebagai berikut :

  • Merumuskan masalah yang hendak dipecahkan
  • Merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab
  • Merumuskan konsep yang hendak ditemukan
  • Membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar serta
  • Memberikan arah kepada tujuannya

4. Prinsip Keterpaduan

Keterpaduan dalam pembahasan dan peninjauan akan membantu anak didik dalam memadukan perolehan belajar dalam kegiatan interaksi edukatif.


5. Prinsip Pemecahan Masalah yang Dihadapi

Salah satu indikator keandaian anak didik banyak ditemukan oleh kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah dapat mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah belajar dan anak didik akan cepat tanggap dan kreatif.


6. Prinsip Mencari, Menemukan dan Mengembangkan Sendiri

Guru yang bijaksana akan membiatkan dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencari dan menemukan sendiri informasi. Kepercayaan anak didik untuk selalu mencari dan menemukan sendiri informasi adalah pintu gerbang kearah CBSA yang merupakan konsep belajar mandiri yang bertujuan melahirkan anak didik yang aktif – kreatif.


7. Prinsip Belajar Sambil Bekerja

Artinya belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil untuk anak didik sebab kesan yang didapatkan anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik.


8. Prinsip Hubungan Sosial

Hal ini untuk mendidik anak didik terbiasa bekerja sama dalam kebaikan. Kerja sam memberikan kesan bahwa kondisi sosialisasi juga diciptakan di kelas yang akan mengakrabkan hubungan anak didik denga anak didik lainnya dalam belajar.


9. Prinsip Perbedaan Individual

Sudut pandang untuk melihat aspek perbedaan anak didik adalah segi bilologis, intelektual dan psikologis.Semua perbedaan ini memudahkan guru melakukan pendekatan edukatif kepada setiap anak didik. Banyak kegagalan guru menuntaskan penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran salah satunya disebabkan karena guru gagal memahami sifat anak didik secara individual.


Tahap-tahap Interaksi Edukatif

Menurut R.D. Conners, mengidentifikasi tugas mengajar guru yang bersifat suksesif menjadi tiga tahap :

  • Tahap Sebelum Pengajaran

Dalam tahap ini guru harus menyusun program tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester atau catur wulan (cawu), program satuan pelajaran (satpel), dan perencanaan program pengajaran. Dalam merencanakan program-program tersebut di atas perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan :

  • Bekal bawaan anak didik
  • Perumusan tujuan pembelajaran
  • Pemilihan metode
  • Pemilihan pengalaman-pengalaman belajar
  • Pemilihan bahan dan peralatan belajar
  • Mempertimbangkan jumlah dan karakteristik anak didik
  • Mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
  • Mempertimbangkan pola pengelompokan
  • Mempertimbangkan prinsip – prinsip belajar.

  • Tahap Pengajaran

Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan anak didik, anak didik dengan anak didik, anak didik dalam kelompok atau anak didik secara individual.Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah direncanakan. Ada beberapa aspek yang perlu di pertimbangkan dalam tahap pengajaran ini, yaitu :

  1. Pengelolaan dan pengendalian kelas
  2. Penyampaian informasi
  3. Penggunaan tingkah laku verbal non verbal
  4. Merangsang tanggapan balik dari anak didik
  5. Mempertimbangkan prinsip – prinsip belajar
  6. Mendiagnosis kesulitan belajar
  7. Memperimbangkan perbedaan individual
  8. Mengevaluasi kegiatan interaksi.
  9. Tahap Sesudah Pengajaran

Tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan anak didik. Beberapa perbuatan guru yang tampak pada tahap sesuadah mengajar, antara lain :

  1. Menilai Pekerjaan anak didik
  2. Menilai pengajaran guru
  3. Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya.

Model Interaksi Edukatif

Metode atau model yang ada dalam interaksi edukatif, sebagai berikut :

1. Model interaksi edukatif dalam kelas

  • Metode Ceramah
  • Metode Tanya Jawab
  • Metode Diskusi atau Metode Musyawarah
  • Metode Demonstrasi atau Eksperimen
  • Metode Problem solving
  • Metode Sosiodramadan Bermain Peranan (Role Playing Method)

2. Model interaksi edukatif diluar kelas

  • Metode karya wisata
  • Metodepemberian tugas dan resitasi

Keberhasilan Interaksi Edukatif

Berikut ini adalah beberapa keberhasilan interaksi edukatif yaitu:

  • Pengertian

Suatu proses interaksi edukatif tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus bahan tersebut Indikator Yang menjadi petunjuk , bahwa suatu proses belajar berhasil adalah :

  • Daya serap terhadap bahan pengajaran yang dianjarkan mencapai prestasi tertinggi, baik secara indvidual maupun kelompok
  • Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus ( TPK ) telah dicapai oleh anak didik , baik secara individual maupun kelompok Namun indikator yang paling banyak dipakai adalah daya serap.

  • Penilaian Keberhasilan

Tes prestasi belajar dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan dan dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut :

  • Tes Formatif
  • Tes Subsumatif
  • Tes Sumatif

  • Tingkat Keberhasilan

Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses belajar yang telah dilakukannya dan sekaligus juga untuk mengetahui keberhasilan mengajar guru, kita dapat menggunakan tingkat acuan sebagai berikut:

  1. Istimewa /maksimal
  2. Baik sekali/ optimal
  3. Baik / minimal
  4. Kurang

  • Program Perbaikan

Tingkat keberhasilan proses mengajar dapat ddigunakan dalam berbagai usaha antara lain dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri. Ada dua point yang dapat dilihat dari hasil tingkat keberhasilan proses belajar mengajar :

  1. Apabila 75 % anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar mencApai tingkat keberhasilan minimal, optimal atau maksimal, maka dapat dilanjutkan ke proses belajar untuk pokok bahasan yang baru
  2. Apabila 75 % anak didik kurang (dibawah taraf minimal ) dalammencapai tingkat keberhasilan, maka proses belajar mengajar berikutnya adalah perbaikan.

Demikian Penjelasan Materi Tentang Interaksi Edukatif : Pengertian, Ciri, Komponen, Prinsip, Tahap, Model dan Keberhasilan Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.

The post Interaksi Edukatif first appeared on PAKDOSEN.CO.ID.

ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Memuat...

Jika dirasa setelah membaca ulasan tentang Penjelasan: Interaksi Edukatif ada yang masih kurang jelas, tidak usah ragu-ragu untuk menghubungi pakdosencoid . blogspot. com melalui kolom komentar yang ada dibawah postingan ini. PakDosen akan dengan senang hati menjawab setiap pertanyaan dari Anda. Terima kasih sudah berkunjung dan membaca uraian diatas hingga selesai. Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

√ WA Web

√ Pengertian Audit Manajemen

Penjelasan: Yurisprudensi Adalah